Beberapa waktu yang lalu menjelang lebaran hari raya Idul Fitri dihebohkan dengan pemberitaan diberbagai media mengenai penutupan paksa salah satu lesehan di Malioboro. Berita penutupan paksa lesehan di Malioboro bisa dibaca di Suara.com.
Sebenarnya ini bukan informasi baru. Sejak dahulu lesehan disekitar jalan di Malioboro memang terkenal mahal, padahal Yogyakarta terkenal dengan jajanan kulinernya yang murah.
Ini sesuai dengan pengalaman saya pada tahun 2013 (kalau ga salah, soalnya sudah lama banget). Ketika itu saya masih kuliah tingkat 1 dan ini kali pertama saya berkunjung ke Yogyakarta untuk company visit ke Dagadu. Ketika itu jalanan Malioboro masih kumuh dan belum tertata rapi seperti saat ini.
Saya mencicipi kuliner lesehan disekitar jalan Malioboro pada malam harinya. Soalnya kuliner Yogyakarta katanya lebih banyak pada malam hari. Karena lapar, langsung saja dari hotel bisa jalan kaki ke jalan Malioboro karena jaraknya tidak terlalu jauh.
Langsung saja beberapa orang dari kami membeli makanan di lesehan jalan Malioboro. Kami membeli makanan tidak menanyakan harga karena kami yakin bahwa makanan di Yogya pasti murah. Namun diluar dugaan, makanannya mahal-mahal menurut ukuran mahasiswa seperti saya. Lagipula makanan yang saya beli sedikit.
Uang yang saya bawa sedikit, habis hampir 50 ribu rupiah perorang. Padahal kalau di Bandung di pecel lele bisa traktir teman dengan uang 50 ribu. Hmm intinya saya kecewa.
Makanan dilesehan jalan Malioboro memang enak khas Yogyakarta yang manis. Tapi lesehan disini kurang nyaman karena berada diatas trotoar dan banyak pengamen.
Singkat cerita kami pun, mulai jalan-jalan di sekitar Malioboro. Sambil menunggu teman yang sedang kuliah di Yogyakarta. Teman saya kuliah di jurusan hukum Universitas Islam Indonesia atau UII. Sama seperti saya yang baru tingkat pertama.
Setelah menjelaskan pengalaman saya, barulah teman saya menjelaskan bahwa makan di lesehan jalan Malioboro memang mahal. Dia juga menjelaskan bahwa ada tempat makan yang lebih murah dibandingkan dengan lesehan jalan Malioboro.
Dia juga mengatakan bahwa kalau mau makanan yang murah harusnya tanya-tanya dulu ke dia.
Hmm apa mau dikata, semuanya sudah terlambat coy..
Itulah pengalaman saya makan dilesehan jalan Malioboro, makan dengan harga mahal padahal lagi di Yogyakarta. Memang jebakan betmen 😀
Sejak dulu lesehan dijalan Malioboro memang mahal, tapi mahalnya makanan disini jarang yang diberitakan lewat media. Sekarang aja baru diberitakan.
Harapannya semoga penutupan lesahan ini menjadi pelajaran bagi pedagang lainnya, agar tidak memasang harga sembarangan karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Bukan hanya peringatan untuk Malioboro saja, tapi juga bagi pedagang di seluruh Indonesia.